Rabu, 22 Februari 2012

Cerpen Remaja : Dibalik Kesialan


Hari ini hari sabtu,dan itu tandanya hari ini sekolahku pulang cepat.Sekitar jam 11 kami sudah keluar kelas.Betapa tidak sabarnya aku menunggu pulang sekolah,sepulang sekolah nanti aku akan jalan-jalan dengan Tio.Tapi aku harus sabar menunggunya selesai rapat kepengurusan osis,maklumlah ketua osis.Apa bisa cepat ya?Setahuku rapat osis itu sedikit lama.Tio sih berjanji rapatnya tidak berlangsung lama,mudah-mudahan itu benar.
      Sepulang sekolah,tugasku pun dimulai,menunggu Tio selesai rapat.Untung saja Indri hari ini dijemput lama,jadi kami akan menunggu bersama dibawah pohon rindang sekolahku.
      Satu setengah jam pun berlalu,entah berapa lama lagi aku harus menungu.Tapi aku harus sabar,agar aku bisa pergi dengan Tio.Indri pun belum dijemput,mungkin sebentar lagi dia akan dijemput,dan aku sendiri disini menunggu.
“Oka,aku udah dijemput,gimana ini?”
“Ya udah pulang aja sana,aku sendiri aja disini.”
“Bye,Oka.”
“Bye.”
      Tuh kan bener,Indri dijemput,dan akhirnya aku sendiri disini menunggu Tio.Lama-lama aku mulai bosan dan semakin tak sabar.Aku pun menelepon Tio,meskipun dia sedag rapat.Yang dibahas memang penting sih,tentang persiapan untuk perlombaan 17 agustusan.Mereka lelet dalam hal ini,sekarang sudah tanggal 12 dan mereka belum mempersiapkan apapun.
      Oh no,teleponku direject,apa salahku?Oh aku memang salah,aku meneleponnya disaat dia sedang sibuk.Mungkin sebentar lagi dia akan keluar dan menghampiriku.Mungkin.
      “Ehh,ini siapa? Jangan macam-macam ya,pake nutup mata orang segala,ga ada kerjaan lain apa ?” Kataku bertanya-tanya.
      “Tebak ini siapa.”Jawab si penutup mata dengan suara yang disamar-samarkan.
      “Siapa ini? Aku ga kenal suara kamu.”
      “Tebak dong.”
      “Rico,Tina,Lucy,siapa ? Aku ga bisa nebak.”
      Si penutup mata melepaskan tangannya dari mataku,aku langsung melihat kebelakangku.Astaga,ternyata Tio.
      “Ha? Tio? Hahahaha,suara kamu tadi lucu banget.”Sindirku
      “Ih ngejek ya.”
      “Nggak ah,Cuma nyindir kok,hehe.”
      “Sama ajalah itu.Berangkat sekarang?”
      “Ya iyalah,jadi mau kapan?”
      “Ya udah ayuklah berangkat.”
      “Kemana?Gendonglah.”
      “Sini Tio gendong.”
      Astaga,dia sanggup menggendongku,padahal beratku 50 kg.Aku agak ngeri digendongnya,takut jatuh.
      “Tio,turuni aku.” Teriakku sambil menggoyang-goyangkan kakiku.
      “Pokoknya Tio gendong Oka sampai di parkiran motor.”
      “Turuni doong!”pintaku.
      “Nah udah sampe.”Kata Tio sambil menurunkanku.
      “Gitu dong dari tadi.Bikin takut aja,aku kan berat.”
      “Nggak berat kok.”
      “Menyindir.”
      “Menghina,bukan menyindir.”
      “Sama aja itu,haha.”
      “Haha.”
      Kami pun tertawa bersama-sama.Tio pun mengendarai motornya dan memboncengku.Aku tak tau dia akan membawaku kemana,dia hanya bilang,dia akan membawaku ketempat yang ada banyak orang didalamnya.Kuharap tepat yang indah,yang dapat menjadikan moment ini kenangan bagiku dan dia.
      Eits,tapi ini arah kemana?Aku sama sekali tidak tau jalan ini.Jalannya begitu ramai,disana-sini orang jualan,apa lagi namanya kalau bukan pasar? Betapa terkejutnya aku setelah Tio memarkirkan motornya dipasar itu.Jangan sampai yang dimaksud Tio adalah pasar.
      “Tio,ngapai kita kesini?”Tanyaku.
      “Ada sesuatu yang penting.Kamu pegang terus tangan aku sampai kita kembali kesini lagi ya,disini banyak orang jahat,nanti kamu bisa diganggu,pokoknya jangan sampai tangan kamu lepas dari tanganku.”Pinta Tio.
      “Emang mau ngapain sih kita kesini ?”Tanyaku
      “Tio mau beli ikan lele titipan mama Tio.”Jawabnya
      “Apa?Ngapain ngajak aku segala ?”
      “Nanti Oka akan tau alasan Tio yang sebenarnya.”
      Kami pun berjalan bergandengan tangan,aku selalu ingat pesannya,jangan lepaskan tangan sebelum sampai diparkiran tadi.Tanahnya becek,bau disana-sini,mungkin ini cobaan bagiku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar