Cuaca
siang ini terasa sangat panas,sepertinya ini adalah puncak musim
kemarau.Pergeseran sedikit saja dapat mengeluarkan sangat banyak keringat.
Kuraih orange juice yang ada didalam kulkas,lalu meminumnya.Setiap tegukannya
mengurangi dahaga di tenggorokanku.Di cuaca yang sangat panas seperti
ini,meminum minuman dingin memang sangat menyenangkan.
Entah
kenapa,aku merasa ada sesuatu yang menahanku untuk menghabiskan tegukan
terakhirku.Tanganku bergetar sambil memegangi gelas berisi orange juice yang
tinggal sedikit itu.Semakin lama,ia semakin gugup.Gelas itu terjatuh dan
terpecah belah secara tiba-tiba.Aku menatapi gelasku.Entah kenapa aku merasa
sangat cemas.
***
Aku
berjalan seorang diri melewati koridor sekolah,berniat ingin pulang kerumah.Namun,tiba-tiba
seseorang memanggil namaku,menghentikan langkah cepatku.Ternyata yang memanggil
adalah Bella,temanku yang berasal dari kelas lain.
“Ada apa?”Tanyaku penasaran.
“Rysa…Ada berita buruk.Aku dan
teman-teman sekelasku mendapat kabar bahwa Simon kecelakaan,”jawab Bella dengan
napas masih tersengal-sengal.
“Hah?Kau serius?Bagaimana
keadaannya?”
“Aku tidak tahu.Perwakilan dari
kelasku siang ini akan menjenguknya.”
“Dimana ia dirawat?”
“Rumah sakit Gleneagles.”
“Aku ingin melihat keadaannya.Maukah
kau mengantarkanku?”
“Tentu,itulah gunanya sahabat.”
Selama
perjalanan,perasaan gugup itu muncul tanpa henti.Harusnya aku tidak sekhawatir
ini,karena Simon sudah bukan siapa-siapaku lagi.Bahkan untuk menjadi teman
saja,aku tidak yakin karena ia tidak pernah mengakuinya.
Tibalah
aku dan Bella di rumah sakit tempat dimana Simon dirawat.Setelah menanyakan ke
pusat informasi,kami beranjak untuk segera menemui Simon di kamar rawat
inapnya.Kini pintu kamarnya telah terbuka,ramai sekali yang menjenguknya,mereka
adalah teman-teman sekelas Simon.Aku merasa sangat segan untuk masuk dan
melangkahkan kakiku kedalam.
“Pasti kalian berdua adalah temannya
Simon,hmm?Silahkan masuk.”Ibunya menyuruh kami untuk masuk.
Tepat
ketika aku dan Bella mulai memasuki kamar rawat inap itu,teman-teman sekelas
Simon berpamitan untuk pulang dan menyerahkan bingkisan buah
kepadanya.Astaga,aku bahkan lupa membelikannya bingkisan,semoga saja ia tidak
kecewa denganku.
Aku
mulai mendekat ke sisi kanan tempat tidur Simon,sedangkan Bella menanyakan pada
ibunya Simon bagaimana kronologis kejadian saat kecelakaan itu terjadi.Aku diam
membisu,tidak tahu harus berkata apa.Kugenggam tangan kanan Simon,kutatap ia
dengan senyum paksaan agar ia tidak melihatku bersedih dihadapannya.
“Kau siapa?”Tanyanya.
“Ini aku,Rysa.Ini aku!Kau tidak
mengenalku?Apa kau hilang ingatan?”Tanyaku penasaran.
“Maaf,aku tidak dapat melihatmu.”
“Maksudmu,kau buta?”
“Ya.Untuk apa kau kesini?”
“Tidak bolehkah aku menjengukmu?”
“Boleh.Tapi tolong lepaskan tanganku
dari genggamanmu.”
“Baiklah.”
Aku
melepaskan genggaman tanganku dari tangannya.Perkataan tadi sangat
menyakitkan,ia seperti tidak senang dengan kehadiranku.Sikapnya dingin
sekali,tidak ada sedikitpun keramahan.Jika aku sanggup untuk mengatakannya,aku
pasti akan mengatakan bahwa aku sangat merindukannya,hanya saja aku tidak
sanggup untuk mengatakannya.
“Aku tidak menyangka bahwa hal ini
terjadi padamu,”kataku dengan nada sedih.
“Ya.Aku juga.Tapi ini telah
terjadi,”katanya sambil membetulkan posisi bantalnya.
“Jika kau membutuhkan teman,aku
bersedia mengunjungimu setiap hari.”
“Tidak perlu.Pacarku akan menemaniku
setiap harinya.”
“Benarkah?Apakah ia wanita yang dulu sering menghubungimu,bahkan
saat kita masih berpacaran?”
“Ya.”
“Oh,baiklah.Mugkin kau akan lebih
cepat sembuh bersamanya.”
Sepulang
dari rumah sakit,aku merasa seperti orang bodoh yang mau saja menawarkan diri
untuk menemani seseorang yang sudah memiliki seorang pacar.Aku tidak tahu
persis seperti apa pacarnya,pasti ia sangat beruntung karena Simon telah
memilihnya.Akan tetapi,perasaan iri padanya mulai tak terbendungi.Bagaimana
mungkin,Simon yang dulunya sangat mencintaiku kini telah mempunyai pacar dan
bersikap dingin padaku.
Keesokan
harinya,aku kembali menjenguknya,sikapnya masih dingin seperti kemarin,wajahnya
lesu,matanya terbuka namun tetap saja tidak bisa melihatku.Ia terlihat seperti
orang yang sudah tidak mempunyai semangat hidup,tidak ada sedikitpun senyuman
tersungging dibibirnya.
“Bagaimana kondisimu?Sudah terasa
lebih baik?”Tanyaku penasaran.
“Tidak ada perubahan,aku tetap tidak
dapat melihat,”jawabnya.
“Sabar ya,Simon.Aku yakin matamu
akan sembuh,”kataku sambil meraih tangannya,lalu mengenggamnya,berusaha
membuatnya tetap tenang.Entah kenapa,sejak dulu aku sangat suka menggenggam
tangannya,terutama saat suasana hatiku sedang buruk dan pikiranku kacau.
“Sebaiknya kau melepaskan
tanganku,”pintanya.
“Tapi…Tidakkah kau merasa lebih
tenang jika seperti ini?”Tanyaku sambil menggenggam tangannya dengan lebih erat
dan penuh kasih sayang.
Akhirnya,dengan
berat hati kulepaskan genggaman itu.Seperti ada sesuatu yang berkecamuk
dihatiku saat mendengarkan kata-kata dinginnya.
“Apakah pacarmu sudah datang untuk
mengunjungimu?”
“Sudah,tapi untuk hari ini ia tidak
akan menjengukku.”
“Maukah kau mengenalkannya padaku?”
“Tidak.Lagipula untuk apa?Agar kau
dapat mencelakainya?”
“Tidak.Aku tidak mungkin
mencelakainya.Aku hanya penasaran dengan seseorang yang telah membuatmu
meninggalkanku.”
“Yang jelas,ia sangat cantik.”
Aku
terdiam dan tidak sanggup berkata apa-apa lagi.Ada perasaan cemburu ketika
Simon memuji pacarnya itu.Dalam hati,aku ingin sekali menyingkirkannya dari
kehidupan Simon,tapi itu tidak mungkin.Aku hanya dapat berusaha untuk
mengikhlaskannya.
***
Aku
telah menjenguk Simon selama tujuh hari berturut-turut semenjak ia mendapatkan
kecelakaan.Ia tetap saja tidak memiliki semangat untuk hidup dan berwajah
lesu,tidak ada perubahan yang signifikan pada dirinya.Kali ini aku menyuapinya
makan siang.Entah kenapa,aku merasa bahwa belakangan ini ia sudah tidak
bersikap dingin lagi padaku.
“Pacarmu tidak menjengukmu lagi hari
ini?”Tanyaku.
“Tidak.Ia tidak pernah datang lagi
setelah ia memutuskanku.”
“Benarkah?Ia memutuskanmu?”
“Mungkin ia malu memiliki pacar buta
sepertiku.”
Aku
kembali menyuapi Simon dengan makan siangnya.Aku merasa sangat nyaman saat
berada didekatnya seperti ini.Meskipun ia tidak bisa melihatku,tapi ia pasti
bisa merasakan kehadiranku selalu.Bahkan,aku yakin bahwa ada kenyamanan yang
dirasakannya,sama sepertiku.
***
Berbulan-bulan
setelah Simon keluar dari rumah sakit dan diperbolehkan dirawat dirumah,akhirnya
ia mendapatkan donor mata sebaai pengganti matanya yang telah rusak.Simon
memberitahukan kabar itu padaku,saat aku sedang bermain-main kerumahnya.Entah
kenapa,aku menjadi sangat dekat dengannya,seperti dulu.Kami yang tadinya selalu
menjaga jarak,bahkan menjadi sangat akrab,walaupun hanya sebagai teman,bukan
pacar.Tapi,aku selalu mensyukuri hal itu,karena aku sudah merasa sangat bahagia
saat berada dekat dengannya dan selalu menemaninya.
Semangat itu
muncul kembali dari diri Simon.Ia kini sudah sangat riang setelah mengetahui
bahwa sebentar lagi ia akan dioperasi.Berjam-jam aku menunggunya keluar dari
ruang operasi,ingin rasanya aku menjadi orang pertama yang dilihatnya saat ia
membuka matanya.
Akhirnya
operasi berjalan lancer,Simon dipindahkan ke kamar rawat inap.Aku dan kedua
orang tua Simon duduk ditepi tempat tidurnya,menunggu ia sadar.Berjam-jam aku
menunggu hingga ia membuka mata barunya.I aterus mengedip-ngedipkan
matanya,lalu melihat ke sekeliling ruangan.
“Ayah,Ibu,Rysa?”Simon memanggil kami
satu per satu.
“Akhirnya kau sadar,anakku,”kata
ibunya seraya memeluk anaknya.
“Ayah,Ibu,bolehkah aku berbicara
hanya dengan Rysa,sebentar saja?”Tanya Simon.
“Tentu.”
Kedua
orang tua Simon keluar,kini hanya tinggal aku dan Simon yang berada diruangan
ini.Aku tidak tahu apa yang akan dibicarakannya,semoga bukanlah hal yang akan
membuatku kecewa.
“Rysa,terima kasih telah menemaniku
beberapa bulan terakhir ini,”kata Simon.
“Ya,sama-sama.Itu tidak masalah
bagiku,”jawabku.
“Maafkan aku jika dulu aku jahat
padamu.”
“Jahat?Kau tidak jahat
padaku,Simon.”
“Aku pasti telah banyak
menyakitimu.Maaf jika dulu aku meninggalkanmu.”
“Tidak apa-apa,aku telah merelakanmu
saat itu.”
“Entah kenapa,aku merasa kau selalu
memberikan kebahagiaan untukku,bukan dia yang memberikan kebahagiaan itu.”
“Dia?Dia itu siapa?”
“Mantan pacarku yang telah pergi
entah kemana.Sudah lama sekali aku tidak mendapatkan kabarnya sejak kecelakaan
yang merenggut kedua bola mataku saat itu.”
“Oh.Tapi dia itu sangat cantik,kau
sendiri yang mengakuinya padaku.”
“Kecantikannya mengalahkan
kecantikan hatimu,Rysa.Dan kau tahu sesuatu?Aku mencintaimu.”
“Kau pasti bercanda.Bagaimana
mungkin kau mencintaiku?”
“Tapi itulah yang kurasakan.Satu
hal,aku tidak ingin kehilanganmu lagi dari hidupku,dan aku tidak akan pernah
sekalipun meninggalkanmu lagi.”
Aku
tersenyum padanya,begitu juga dengannya.Kali ini ia sudah dapat melihat
senyuman yang kuberikan hanya untunya.Rasanya kebahagiaan itu datang menghampiriku.Akhirnya,ia
yang sangat kucintai dapat kembali lagi padaku.Kini,aku tidak ingin
kehilangannya lagi,karena aku tahu bahwa kehilangannya adalah hal yang sangat
menyakitkan didalam hidupku.