Rabu, 22 Februari 2012

cerpen : Dark Dream

"Ada yang ingin menambah minum?"Tanya Dinda pada kami.

Saat ini aku dan teman-temanku sedang berkumpul dirumah Dinda karena hari ini adalah hari ulang tahunnya.Acaranya sangat meriah,ramai sekali tamu yang hadir,tak salah memang karena ini momen paling spesial dalam 17 tahun ia hidup didunia ini.

Aku mencari-cari keberadaan Roger yang juga menghadiri pesta itu.Entah dimana ia berada,sama sekali tak dapat kutemukan diantara keramaian ini.Mungkin ia sudah pulang,pikirku.Aku pun kembali berkumpul lagi dengan teman-temanku,membicarakan hal-hal yang tidak terlalu penting seperti kebanyakan gadis didunia bicarakan.Sebagai wanita,tak heran memang,bergosip merupakan hal yang paling menyenangkan.

"Aku ingin kekamar kecil"Selaku ditengah-tengah pembicaraan.
"Baiklah,jangan lama-lama,dear."Pinta sang ratu pesta padaku.

Aku merasa sangat lega setelah keluar dari kamar kecil.Pandanganku tiba-tiba tertuju pada halaman belakang rumah Dinda,taman yang indah sekali meskipun dimalam hari.Aku milai mendekat dan keluar menuju halaman belakang tak jauh dari kamar kecil yang tadi kumasuki.

Seseorang duduk menyendiri dipojok taman,tertunduk,lesu,sambil menopangkan dagu.Kudekati ia perlahan,ternyata Roger yang kucari sejak tadi berada disini seorang diri.

"Kau sedang apa?"Tanyaku,kemudian duduk disampingnya.
"Kau sendiri,kenapa bisa berada disini?"Tanya Roger kembali.
"Sebaiknya kau jangan mengalihkan pembicaraan.Kau sedang ada masalah?"
"Tidak,aku rasa kau terlalu menanggapi hal ini secara berlebihan."
"Aku hanya khawatir padamu,sayang."
"Terima kasih telah mengkhawatirkanku.Tapi sebenarnya aku lebih merasa khawatir daripada kau.Entah kenapa,aku tidak tahu."
"Ceritakan masalahmu padaku,honey."
"Tidak ada masalah yang harus kuceritakan."
"Kau berbohong."
"Sungguh.Ini bukan masalah yang nyata,tapi entah kenapa aku sungguh khawatir."
"Apa maksudmu bukan masalah yang nyata?"
"Itu semua hanya mimpi,namun terasa begitu nyata bagiku."
"Kau bermimpi?Mimpi seperti apa?"
"Aku takkan sanggup menceritakan itu padamu."
"Ceritakan saja."
"Sebaiknya kita kembali ke keramaian.Mereka pasti mencari kita."

Roger bangkit dari bangku dan menarik lenganku,namun aku berusaha melawan perlakuannya,tapi tetap saja aku kalah dan terpaksa ikut bangkit dari bangku taman itu.Kami berjalan ke keramaian,ternyata manusia seisi ruangan sedang berdansa,termasuk sang ratu pesta.

"Mau berdansa denganku?"Tanya Roger padaku.
"Boleh."Jawabku setelah berpikir sejenak.

Kami berdansa,mengikuti alunan musik yang diputar.Aku berusaha melupakan kejadian tadi,tapi tidak bisa,rasa penasaranku tak bisa terbendungi.Aku berusaha tersenyum pada Roger saat kami berdansa,begitu juga dengannya.Namun entah kenapa aku merasa bahwa senyuman itu merupakan paksaan baginya.Ada apa dengan Rogerku?

Iringan musik berhenti,menandakan bahwa waktu berdasa kami telah berakhir.Aku dan Roger saling memandang dan berpegangan tangan,seakan sebentar lagi kami akan terpisah dan tak satupun dari kami merelakan perpisahan itu,sehingga genggaman tangan itu terasa begitu kuat.Tak lama setelah itu kami kembali duduk disudut ruangan.

"Maukah kau menceritakan mimpimu padaku?"Tanyaku pada Roger.
"Jika aku menceritakannya,maukah kau berjanji untuk tidak meninggalkanku,Sissy?"Tanyanya kembali.
"Tentu.Tapi kau juga harus menjanjikan hal yang sama denganku."
"Begini.Dalam mimpiku,saat itu kita sedang berada ditepi pantai,hanya berdua,tak ada siapapun selain kau dan aku."
"Lalu?"
"Lalu aku pergi sejenak untuk mengambilkanmu sesuatu,tetapi setelah aku kembali,kau sudah bersama lelaki lain dan kalian bergandengan tangan.Aku mendekatimu,namun kau tidak mengenalku,bahkan mengusirku."
"Aku melakukan itu padamu?Siapa lelaki itu?"
"Ya,kau melakukannya.Dia adalah temanku,namun tidak terlalu dekat."
"Ya ampun,itu hanya mimpi,sayang.Bolehkah aku tau siapa dia?"
"Kau tidak perlu tau.Ini memang mimpi,namun terasa sangat nyata bagiku."
"Tapi aku ingin tahu."
"Baiklah,ia adalah Barry.Sudahkah kau puas dengan penjelasanku?"
"Barry?"

Roger tidak menjawab pertanyaanku lagi.Kali ini ia tertunduk lesu,seperti saat berada dibangku taman tadi.Penjelasannya tadi masih terngiang-ngiang di otakku.Barry?Mana mungkin.Tidak.Itu hanya sekedar mimpi.Entah kenapa aku merasakan hal yang sama dengan Roger,aku pikir mimpi itu terasa sangat nyata.Tapi,itu tidak mungkin.Aku akan tetap bersama Roger.

***

Akhir pekan ini aku memiliki janji berkencan dengan Roger.Seperti biasa,ia menjemputku didepan rumah.Lalu,kami menonton bersama di bioskop.Hari yang sangat menyenangkan,hanya ada aku dan dia.
"Kau lapar?"Tanyanya padaku
"Tentu saja.Sudah berjam-jam aku menemanimu,pastinya perutku berteriak-teriak meminta untuk segera diisi."Jawabku.
"Haha,kau ini.Ayo kita makan,sayang."Ajaknya.

Kami berjalan menuju food court dna kemudian memesan makanan.Kami duduk berhadapan sambil bercerita,sembari menunggu pesanan makanan datang.Roger sibuk dengan ponselnya,entah apa yang diketiknya,aku tidak tau.

"Kau sedang apa?Sepertinya kau sibuk sekali dengan ponselmu."Tanyaku.
"Oh,aku hanya mengirimkan pesan pada temanku."Jawabnya.
"Benarkah?"Tanyaku.

Roger tidak menjawab pertanyaanku,ia terllau sibuk sampai melupakanku.Tanpa izin darinya,kurebut ponselnya dari tangannya.Ia tampak terkejut dan menunjukkan wajah tidak senangnya.Betapa tidak,hal yang pertama kulihat dilayar ponselnya adalah gambar sesosok wanita yang tidak kukenal.Apa?Ia menjadikan gambar wanita itu sebagai wallpaper ponselnya?Aku langsung mengembalikan ponselnya dan terdiam,namun pandanganku tertuju pada ponsel itu seakan meminta penjelasan darinya.

"Kau pasti sudah melihatnya."Kata Roger dengan nada bersalah.
Aku hanya diam,tidak mengeluarkan sepatah katapun.
"Dia adalah putri dari sahabat ibuku.Ibuku menyuruhku untuk mendekatinya."Lanjutnya.
"Oh."Jawabku.
"Yakinlah,aku tidak mencintainya.Aku hanya terpaksa melakukan ini."Katanya berusaha membela diri.
"Jika kau mencintainya pun aku tidak keberatan."Sindirku ketus.
"Maafkan aku,Sissy.Harusnya aku mengatakannya padamu sejak awal."
"Tidak perlu.Omong-omong,mengenai mimpimu,waktu itu bukan aku yang pergi bersama lelaki lain dan meninggalkanmu,harusnya dalam mimpi itu kaulah yang pergi bersama wanita lain."
"Sissy,kumohon."
"Maaf,kita harus berakhir,Roger."

Aku pergi,tak peduli bahwa aku belum makan,kutinggalkan Roger seorang diri.Bahkan ia sama sekali tidak mencegahku untuk pergi,inilah yang benar-benar diinginkannya sejak awal.Aku keluar mencari taksi dan pulang seorang diri.Rasanya sangat sakit,tak kuasa aku menahan tangis mengingat kejadian buruk tadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar